Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga sebagai hail, hujan es merupakan presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya ialah melalui kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan di atas freesing level. Es yang dihasilkan dari proses ini umumnya berukuran besar. Karena ukurannya tersebut, meskipun telah turun ke atas yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya mencair. Hujan es tak hanya terjadi di negara sub-tropis, anmun dapat pula terjadi ekuator. Proses lain yang bisa mengakibatkan hujan es ualah riming, dimana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terjadilah es dengan ukuran yang besar.
Hujan es disertai puting beliung dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, bisa pula berasal dari multi sel awan, serta pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 - 5 km dan kejadiannya cukup singkat berkisar antara 3-5 menit atau bisa pula 10 menit namun jarang terjadi, jadi wajar saja jika peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang ke arah vertikal sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut sebagai Awan Cumulo Nimbus (CB).
Dua per tiga dari bumi kita ini mengandung air dan sisanya merupakan daratan. Air tersebut tersimpan dalam banyak wadah seperti lautan, samudera, sungai, danau, dll. Jangan lupa tubuh manusia juga mengandung banyak air. Nah air yang ada di berbagai wadah tersebut akan mengalami penguapan atau evaporasi dengan bantuan matahari. Tak lupa pula air yang ada di daun tumbuhan ataupun di perumkaan tanah. Lalu, uap-uap air tersebut akan mengalami proses kondensasi ataupun pemadatan yang akhirnya berubah menjadi awan. Awan-awan tersebut akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal.
Awan yang mengandung uap air tertiup ketempat yang dingin, mencapai dew point atau titik embun, kemudian mengembun, dan karena beratnya kemudian jatuh sebagai bentuk hujan. Saat telah mengembun tersebut sudah jadi air, kemudian tertiup oleh angun thermis yang naik, ke ketinggian dengan temperatur dibawah freesing point, embun itu kemudian akan membeku menjadi es, dan akan jatuh kebawah. Karena ikatan antar molekul es selaku benda padat jauh lebih kuat dari ikatan antar molekul air, maka es tersebut lalu jatuh dalam bentuk yang tidak beraturan, bisa sebesar sebuah kepalan tangan. Inilah fenomena hujan es. Hujan es hanya terjadi di wilayah iklim dingin atau subtropis.
Oleh sebabg itu hujan es jarang terjadi di daerah tropis seperti di Indonesia, ini disebabkan angin thermis yang bertiup naik vertikal, adanya terutama didaerah tropis dan subtropis. Ini dikarenakan Indonesia berada didaerah tropis maka dari itu jarang sekali di tempat kita mengalami fenomena seperti hujan es ini.
EmoticonEmoticon